Mimpi, Harapan dan Tindakan!


      Jenjang perguruan tinggi menempati hierarki tertinggi dalam dunia pendidikan. Ada pepatah mengatakan, semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin yang menerpanya. Begitu juga dalam jenjang pendidikan. Semakin tinggi tingkatan yang ditempati, maka semakin sulit tantangan yang harus dihadapi. Ketika kita sudah sampai pada tingkat “mahasiswa” tentu pikiran kita semakin bercabang dengan banyaknya masalah yang datang. Bukan hanya memikirkan akademik seperti ketika duduk di bangku sekolah dasar dan menengah, tapi juga memikirkan “masa depan”. Ya, masa depan yang sudah semakin di depan mata. Pertanyaan masa depan akan terus mewarnai masa perkuliahan, seperti tentang pekerjaan, studi untuk gelar yang lebih tinggi hingga masalah mencari pasangan untuk berumah tangga. Semua pertanyaan itu yang memacu kita untuk benar-benar mengetahui semua jawabannya. Sehingga, kelak ketika gelar sarjana telah diraih, kita tidak akan lagi kebingungan dalam menentukan arah.

Foto Mahasiswa Civics Hukum UPI mengadakan Pengabdian keada masyarakat (1000 Buku Untuk Indonesia cerdas )

 Namun fatalnya, hanya minoritas mahasiswa yang sudah mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan masa depannya. Bahkan, tidak sedikit yang acuh memikirkan masa depan, sehingga tidak pernah terbersit mengenai pertanyaan tentang masa depan itu. Merekalah yang memegang prinsip “jalani saja seperti air yang mengalir”. Padahal, hati-hati nanti terus terbawa arus dan tidak tahu dimana harus berlabuh. Mayoritas mahasiswa saat ini hanya mempunyai mimpi besar tapi tidak sejalan dengan tindakan untuk merealisasikan mimpi itu. Sehingga, mimpi itu hanya sekedar harapan yang tidak bisa digapai.

            Berangkat dari fenomena ini, penulis akan mengangkat sebuah postingan facebook yang akan menjadi tamparan untuk kita semua. Postingan tersebut diambil dari tulisan Bapak I Made Andi Arsana ( dosen Teknik Geodesi UGM). Tulisan yang berisi jawaban dari sebagian besar pertanyaan masa depan dan gambaran kehidupan  mahasiswa saat ini. Semoga bisa menginspirasi kita semua dan menjadi “tamparan” agar kita berubah menjadi lebih baik. Berikut adalah postingan facebook yang diangkat dari tulisan Bapak I Made Andi Arsana tersebut:

1. Kamu ingin dapat beasiswa S2 ke luar negeri nanti? Pastikan IP di atas 3 dan TOEFL di atas 500! Merasa tidak pinter? BELAJAR!

2. Empat atau lima tahun lagi kamu bisa sekolah S2 di luar negeri dengan beasiswa. Itu kalau kamu tidak cuma twitteran, LINE, WA saja sampai lulus nanti.

3. Kamu tidak akan bisa S2 di luar negeri karena akan ditolak profesor kalau nulis email formal saja tidak bisa. Alay itu tidak keren, tidak usah bangga!

4. Tidak usah tanya tips cara menghubungi professor di luar negeri kalau kirim email ke dosen sendiri saja kamu belum bisa. Hey, ganti dulu akun niennna_catique@gmail.com itu!

5. Tidak usah ikut meledek Vicky, kamu saja tidak tahu kapan harus pakai tanda tanya, tanda seru, tanda titik, spasi, huruf besar, huruf kecil di email kok!

6. Mana bisa diterima di perusahaan multinasional biarpun IP tinggi kalau nulis email saja lupa salam pembuka dan penutup

7. Sok mengkritik kebijakan UN segala, dari cara menulis email saja kelihatannya kamu tidak lulus Bahasa Indonesia kok. Tidak usah gaya!

8. Bayangkan kalau kamu harus menulis email ke pimpinan sebuah perusahaan besar. Apa gaya bahasa email kamu yang sekarang itu sudah sesuai? Jangan-jangan bosnya tertawa!

9. Apapun bidang ilmu kamu, akhirnya kamu akan berhubungan dengan MANUSIA yang beda umur dan latar belakangnya. Belajar komunikasi yang baik. Jangan bangga jadi alay!

10. Bangga bisa bikin software dan gunakan alat-alat canggih? Suatu saat kamu harus yakinkan MANUSIA akan skill itu. Belajar komunikasi dengan bahasa manusia biasa!

11. Kamu orang teknik dan hanya peduli skill teknis? Kamu salah besar! Nanti kamu akan jual skill itu pada MANUSIA, bukan pada mesin!

12. Kamu kira orang teknik hanya ngobrol sama mesin dan alat? Kamu harus yakinkan pengambil kebijakan suatu saat nanti dan mereka itu manusia. Belajar ngomong sama manusia!

13. Malas basa-basi sama orang yang tidak dikenal? Enam tahun lagi kamu diutus kantor untuk presentasi sama klien yang tidak kamu kenal. Belajar!

14. Malas belajar bikin presentasi? Lima tahun lagi bos kamu datang dengan segepok bahan, “saya tunggu file presentasinya besok!”

15. Kamu orang sosial dan malas belajar hal-hal kecil di komputer? Lima tahun lagi bos kamu datang bertanya “cara membesarkan huruf di Ms Word dengan shortcut gimana ya?’ Mau nyengir?

16. Mahasiswa senior, jangan bangga bisa membully Mahasiswa baru, tujuh tahun lagi kamu diinterview sama dia saat pindah kerja ke perusahaan yang lebih bagus

17. Mahasiswa senior, keren rasanya ditakuti Mahasiswa baru? JANGAN! Urusan kalian nanti bersaing sama orang-orang ASEAN dan Dunia. Bisa bikin mereka takut tidak?

18. Bangga bisa demo untuk mengundurkan jadwal ujian karena kamu tidak siap? Kamu itu mahasiswa negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, masa urusannya cetek-cetek begitu sih?!

19. Tidak usah lah sok hebat demo nyuruh Presiden berani sama Amerika kalau kamu diskusi sama mahasiswa Singapura saja tergagap-gagap

20. Tidak perlu lah teriak-teriak “jangan tergantung pada barat” jika kamu belum bisa tidur kalau tidak ada BB dekat bantal

21. Tentara kita tidak takut sama tentara Malaysia kalau kamu bisa kalahkan mahasiswa Malaysia debat ilmiah dlm forum di Amerika!

22. Tidak perlu beretorika menentang korupsi kalau kamu masih nitip absen sama teman saat demo antikorupsi!

23. Boleh kampanye “jangan tergantung pada barat” tapi jangan kampanye di Twitter, Facebook, BBM, Path dan Email! Memangnya itu buatan Madiun?!

24. Kalau file laporan praktikum masih ngopi dari kakak kelas dan hanya ganti tanggal, tidak usah teriak anti korupsi ya Boss!

25. Minder karena merasa dari kampung, tidak kaya, tidak gaul? Lima tahun lagi kamu bisa S2 di negara maju karena IP, TOEFL dan kemampuan kepemimpinan. Bukan karena kaya dan gaul!

26. Pejabat kadang membuat kebijakan tanpa riset serius. Sama seperti mahasiswa yang membuat tugas dalam semalam hanya modal Wikipedia

27. DPR kadang studi banding untuk jalan-jalan doang. Sama seperti mahasiswa yang tidak serius saat kunjungan ke industri lalu nyontek laporan sama temannya

28. Pejabat kadang menggelapkan uang rakyat. Sama seperti mahasiswa yang melihat bahan di internet lalu disalin di papernya tanpa menyebutkan sumbernya.

29. Alah, pakai mengkritik kebijakan pemerintah segala, bikin paper saja ngopi file dari senior dan ubah judul, pendahuluan sama font-nya

30. Gimana mau membela kedaulatan bangsa kalau waktu menerima kunjungan mahasiswa asing saja kamu tidak bisa ngomong saat diskusi. Mau pakai bambu runcing?

31. Kalau kamu berteriak “jangan mau ditindas oleh asing”, coba buktikan. Ikuti forum ASEAN atau Dunia dan buktikan di situ kamu bisa bersuara dan didengar!


Foto Mahasiswa Civics Hukum sesudah mendalang dana untuk kegiatan 1000 Buku untuk Indonesia cerdas di Lembang

            Bagaimana, merasa tertamparkah dengan tulisan-tulisan tersebut? Senyum-senyum merasa terisindirkah ketika membacanya? Merasa terinspirasi dan sadarkah ketika memahaminya? Ya, begitulah kondisi mahasiswa saat ini. Terkadang banyak hal kecil yang kita lupakan padahal sangat menunjang kesuksesan, seperti penamaan akun email, cara menulis yang sesuai EYD dan belajar basa-basi untuk komunikasi. Tulisan tersebut seolah menjadi cermin untuk diri kita. Selama ini, kita begitu mudah menyalahkan orang lain, namun ketika kita bercermin pada diri sendiri, kita belum tentu lebih baik dari dia. Mulai saat ini, sebelum kelak di masa depan terucap kata “andaikan”, “seandainya”, “jika” dan bentuk pengandaian kata yang lain sebagai ungkapan penyesalan, mari kita mulai perubahan. Sehingga mimpi dan harapan kita benar-benar diiringi dengan tindakan nyata untuk merealisasikannya. Itulah mahasiswa yang sebenarnya, bukan hanya pandai berkhayal tapi pandai juga pandai berjuang mewujudkan hayalan itu! HIDUP MAHASISWA!!!





Back To Top