Guru dan Pendidikan- Seorang tokoh besar dunia pernah berkata,’’ jangan tanyakan apa yang diberikan oleh negaramu kepadamu tapi tanyakanlah apa yang kamu berikan kepada negaramu’’. Pandangan idealis tersebut berasal dari seorang tokoh besar Amerika yang mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan bangsa Amerika, karena konsep ‘’ memberi’’ pada negara tersebut, tak heran jika pada hari ini bangsa Amerika menjelma menjadi bangsa superior. Sedikit kalimat tersebut menunjukan bahwa kebanyakan orang hebat berfokus pada memberi bukan menerima, berfokus pada solusi bukan masalah, dan berfokus pada peluang bukan hambatan. Hal tersebut tentunya sejalan dengan sebuah hadits rasul yang menyatakan bahwa tangan diatas lebih dari pada tangan dibawah.
Foto Guru (Source: hizbut-tahrir.or.id) |
Berkaitan dengan istilah ‘’ memberi’’ tersebut, tentunya kita akan berhadapan pada suatu kondisi yang mengharuskan kita memiliki sesuatu hal yang bisa diberikan kepada orang lain entah itu ilmu, nilai kehidupan, tenaga, harta, maupun yang lainnya. Proses memberi tentunya akan lebih baik jika berorientasi pada pengaruh jangka panjang. Uang dan harta benda tentunya hanya akan berorientasi jangka pendek, namun tidak dengan ilmu. Sederhananya ketika seseorang memberikan uang, tentunya uang itu akan habis dalam waktu yang relatif singkat namun jika yang diberikannya ilmu entah ilmu berdagang, ilmu menghadapi hidup ataupun ilmu lainnya, tentunya akan berpengaruh dalam jangka waktu yang lama.
Ilmu adalah hal yang esensial dalam kehidupan manusia. Ilmu akan mempengaruhi cara berpikir, bersikap dan berperilaku. Ilmu mengarahkan manusia pada derajat kehidupan yang lebih tinggi. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Quran yang artinya: Allah akan mengangkat orang beriman diantara kamu dan orang yang dianugerahi ilmu kepada derajat yang lebih tinggi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu sekalian perbuat. (QS 58: 11)
Keberadaan ilmu bertalian erat dengan keberadaan pendidikan karena keduanya memiliki esensi untuk memanusiakan manusia sesuai fitrah hidupnya yang mengarah pada keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Imam Al- Ghazali mengatakan bahwa “hasil dari ilmu sesungguhnya ialah mendekatkan diri kepada Allah. Selaras dengan itu, konsep tujuan pendidikan nasional pun mengarah pada pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa,berakhlak mulia, sehat, berilmu , cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Di era modernitas yang menggejala pada abad ini, pendidikan yang berkualitas adalah adalah salah satu kunci dalam menghadapi problematika dan realitas kehidupan yang semakin kompleks. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya mengarahkan manusia menjadi mahluk satu dimensi namun secara lebih jauh mengarahkan manusia menjadi mahluk multi dimensi yang mencakup dimensi spiritual, dimensi humanistik, dimensi civic , dimensi demokrasi, dan dimensi sosial.
Pendidikan yang berkualitas tentunya ditunjang oleh kualitas konsep dan praktik pendidikan itu sendiri. Secara konseptual, Negara Indonesia memiliki rumusan yang yang cukup berkualitas tentang pendidikan, hal ini kurang lebih bisa dilihat dalam UU RI No.20 tahun 2003 yang dalam definisi, tujuan dan fungsi pendidikannya mempertimbangkan manusia secara utuh sebagai mahluk multi dimensi. Sedangkan secara praksis, dibutuhkan penguatan aktor pendidikan yang mampu mensinergikan idealitas dan realitas pendidikan. Menteri pendidikan Anies Baswedan mengatakan bahwa aktor pendidikan tersebut meliputi guru, kepala sekolah, pengawas, orangtua dan siswa. Para aktor pendidikan itu merupakan komponen paling strategis dalam upaya mencerdaskan bangsa. Guru adalah kunci, lanjutnya.
`Pendidikan adalah salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dan keberadaan guru berpengaruh dalam menentukan arah pendidikan bangsa tersebut. Sejalan dengan itu Dr. Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1978 – 1983) mengatakan bahwa
“Tidak gampang untuk bisa mengatakan apa yang membuat suatu bangsa kokoh dan maju. Namun, mudah sekali untuk mengatakan kapan bangsa ini mulai goyah eksistensinya, yaitu bila generasi yang sedang berkuasa melalaikan pendidikan generasi penerusnya, melalui pelecehan terhadap kinerja pengabdi nomor satu di bidang pendidikan, yaitu guru.”
Guru adalah pengabdi pendidikan dan merupakan profil kebaikan dan kebenaran. Profesi guru adalah sebuah panggilan jiwa yang berakar pada pengabdian terhadap Tuhan dan sesama. Berprofesi sebagai guru bukanlah hal yang mudah, guru tidak hanya bertugas mengajar atau menyampaikan informasi namun secara lebih jauh harus mampu menjadikan dirinya sebagai model panutan yang harus diteladani (digugu dan ditiru). Berkaitan dengan tugas guru dalam suatu literatur dikatakan bahwa
Seandainya mengajar boleh didefinisikan sebagai usaha menyampaikan informasi (teaching is telling), setiap warga negara pasti mampu menjadi guru. Namun tugas guru tidak sebatas bercerita atau sekadar menyampaikan informasi, sehingga tidak setiap warga negara bisa menjadi guru. Untuk menjadi guru profesional dibutuhkan panggilan jiwa sebagai seorang pendidik, memiliki minat dan bakat, karakter, serta pengalaman tertentu yang melalui serangkaian program pendidikan dan atau pelatihan yang profesional. Untuk menjadi guru profesional dibutuhkan laku (proses mengalami) untuk menjadikan dirinya sebagai model panutan yang pantas diteladani (digugu dan ditirus). (Menyiapkan Guru Masa Depan, hlm 14).
Menjadi guru profesional adalah sebuah harapan, menjadi sosok guru yang mampu menginspirasi muridnya adalah sebuah cita-cita, dan menjadi sosok guru yang mampu membersamai kesuksesan muridnya adalah sebuah kebahagiaan. Dengan semua itu, seorang guru yang bernilai tidak dihasilkan dari proses hidup yang instan dan serba mudah namun dihasilkan dari perjalanan panjang kehidupan yang membuatnya mampu menjadikan setiap keadaan adalah proses pembelajaran.
Penulis: Rina Anggraeni
Sumber:
Bahas Masalah Pendidikan di Indonesia Melalui Rembuknas 2015 (Okezone)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menyiapkan guru masa depan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Majalah DIKBUD Edisi No. 03 Tahun V - Juli 2014. [ Online]. Diakses di www.kemdikbud.go.id
P. K. Soedowo. (2007). Islam dan ilmu pengetahuan. Jakarta: Darul kutubil islamiyyah.
Y. Suyitno. (2009). Tokoh-tokoh pendidikan dunia (dari dunia timur, timur tengah dan barat). [ Online ]. Diakses dari: http// file.upi.edu
Bahas Masalah Pendidikan di Indonesia Melalui Rembuknas 2015 (Okezone)
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menyiapkan guru masa depan.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Majalah DIKBUD Edisi No. 03 Tahun V - Juli 2014. [ Online]. Diakses di www.kemdikbud.go.id
P. K. Soedowo. (2007). Islam dan ilmu pengetahuan. Jakarta: Darul kutubil islamiyyah.
Y. Suyitno. (2009). Tokoh-tokoh pendidikan dunia (dari dunia timur, timur tengah dan barat). [ Online ]. Diakses dari: http// file.upi.edu