Kemenristekdikti Akui Universitas masih Belum Banyak Bermanfaat- Prof. Intan Ahmad PhD selaku Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti mengatakan keberadaan universitas sampai saat ini masih hanya mencetak sarjana-sarjana yang pandai secara keilmuan dan masih belum banyak bermanfaat untuk masyarakat.
Foto Sarjana (source: nurulfikri.sch.id) |
"Seyogyanya sebuah Universitas memang harus mencetak lulusan yang bermutu dan memproduksi riset yang memiliki paten, tapi universitas ke depan tidak cukup hanya menjadi agen edukasi, melainkan juga harus mampu menggerakkan masyarakat," Pungkasnya.
Ketika berbicara dalam Temu Ilmiah Nasional dan Musyawarah Kerja IV Asosiasi Program Studi Manajemen/Administrasi Pendidikan Indonesia (APMAPI) di Surabaya, beliau menjelaskan universitas yang bermanfaat itu universitas yang mampu menggerakkan masyarakat di sekitarnya.
"Untuk mampu menggerakkan masyarakat, universitas tidak cukup hanya berkualitas, tapi juga relevan dengan masyarakat. Untuk relevansi itu, universitas harus mampu memandu mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus," pungkasnya.
Menurut beliau, sebuah survei dari lembaga asing menyimpulkan dosen di Indonesia belum mampu memandu mahasiswa tentang dunia kerja yang akan dimasuki setelah lulus nanti.
"Karena itu, mahasiswa Indonesia masih berorientasi gelar, termasuk gelar palsu," tegasnya.
Oleh karena itu, dosen ke depan tidak cukup hanya mengajar, namun juga memiliki tugas lebih untuk memotivasi mahasiswa tentang dunia kerja yang ada di luar kampus, termasuk mengajak diskusi untuk mahasiswa yang "tertinggal" dari mahasiswa lain.
Ya mahasiswa itu gak cukup dengan keilmuannya saja, tetapi harus punya soft sklii yang mempuni. "Era global itu tidak hanya membutuhkan lulusan universitas yang pintar secara keilmuan, namun juga pandai berkomunikasi dengan orang lain, memiliki kemampuan dalam berbahasa asing, kritis, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk sukses," katanya.
Selain memandu mahasiswa, universitas ke depan juga harus mampu memandu masyarakat. "Untuk itu, universitas harus memiliki prodi yang relevan, misalnya kampus di kawasan perkebunan sawit harus memiliki prodi terkait sawit," katanya.
Relevansi dengan masyarakat juga tidak hanya terkait dengan dunia kerja, namun universitas juga harus terlibat dalam mengatasi persoalan masyarakat, misalnya masyarakat yang lemah dalam ekonomi atau masyarakat yang mengalami "masalah" pluralisme.
"Dengan keterlibatan universitas dalam menggerakkan masyarakat, maka universitas akan menjadi agen kultur dan bahkan universitas juga akan mampu menjadi agen ekonomi dari suatu daerah, sehingga universitas akan bermanfaat untuk mahasiswa dan masyarakat," katanya.
Ia menambahkan bila universitas itu bermanfaat, maka kalau ada apa-apa, masyarakat atau pemerintah akan bertanya ke universitas, bahkan membantu juga tanpa diminta.
"Untuk itu, Kemenristekdikti akan mendorong peningkatan kualitas dan relevansi universitas itu melalui sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi secara internal dan eksternal," pungkasnya.
Source: Okezone.com
Ketika berbicara dalam Temu Ilmiah Nasional dan Musyawarah Kerja IV Asosiasi Program Studi Manajemen/Administrasi Pendidikan Indonesia (APMAPI) di Surabaya, beliau menjelaskan universitas yang bermanfaat itu universitas yang mampu menggerakkan masyarakat di sekitarnya.
"Untuk mampu menggerakkan masyarakat, universitas tidak cukup hanya berkualitas, tapi juga relevan dengan masyarakat. Untuk relevansi itu, universitas harus mampu memandu mahasiswa dan masyarakat sekitar kampus," pungkasnya.
Menurut beliau, sebuah survei dari lembaga asing menyimpulkan dosen di Indonesia belum mampu memandu mahasiswa tentang dunia kerja yang akan dimasuki setelah lulus nanti.
"Karena itu, mahasiswa Indonesia masih berorientasi gelar, termasuk gelar palsu," tegasnya.
Oleh karena itu, dosen ke depan tidak cukup hanya mengajar, namun juga memiliki tugas lebih untuk memotivasi mahasiswa tentang dunia kerja yang ada di luar kampus, termasuk mengajak diskusi untuk mahasiswa yang "tertinggal" dari mahasiswa lain.
Ya mahasiswa itu gak cukup dengan keilmuannya saja, tetapi harus punya soft sklii yang mempuni. "Era global itu tidak hanya membutuhkan lulusan universitas yang pintar secara keilmuan, namun juga pandai berkomunikasi dengan orang lain, memiliki kemampuan dalam berbahasa asing, kritis, dan memiliki motivasi yang tinggi untuk sukses," katanya.
Selain memandu mahasiswa, universitas ke depan juga harus mampu memandu masyarakat. "Untuk itu, universitas harus memiliki prodi yang relevan, misalnya kampus di kawasan perkebunan sawit harus memiliki prodi terkait sawit," katanya.
Relevansi dengan masyarakat juga tidak hanya terkait dengan dunia kerja, namun universitas juga harus terlibat dalam mengatasi persoalan masyarakat, misalnya masyarakat yang lemah dalam ekonomi atau masyarakat yang mengalami "masalah" pluralisme.
"Dengan keterlibatan universitas dalam menggerakkan masyarakat, maka universitas akan menjadi agen kultur dan bahkan universitas juga akan mampu menjadi agen ekonomi dari suatu daerah, sehingga universitas akan bermanfaat untuk mahasiswa dan masyarakat," katanya.
Ia menambahkan bila universitas itu bermanfaat, maka kalau ada apa-apa, masyarakat atau pemerintah akan bertanya ke universitas, bahkan membantu juga tanpa diminta.
"Untuk itu, Kemenristekdikti akan mendorong peningkatan kualitas dan relevansi universitas itu melalui sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi secara internal dan eksternal," pungkasnya.
Source: Okezone.com