Menyoroti Muatan Pendidikan dalam Sinetron Mistik Remaja

Sinetron Mistik Remaja - Sejak dahulu, pendidikan di Indonesia selalu didukung oleh tiga elemen lingkungan, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut sering disebut sebagai Tri Pusat Pendidikan. Dalam lingkungan keluarga, seseorang bisa belajar dari perilaku keseharian kedua orang tua dan anggota keluarga lainnya. Di lingkungan sekolah, pembelajaran lebih diatur secara sistematis dengan kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Lalu ketika berada di lingkungan masyarakat, seseorang bisa belajar melalui sosialisasi dengan anggota masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan tersebut tidak bisa berdiri sendiri, namun harus saling melengkapi satu sama lain.
Di era modern ini, seseorang yang ingin belajar tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu. Seseorang dimanapun dan kapanpun dapat memperoleh informasi yang dia inginkan dan dia butuhkan. Hal itu bisa terjadi karena adanya media massa elektroniki. Media massa elektronik seperti radio, televisi, dan internet, nerupakan media pembelajaran dan informasi yang mampu menembus batasan ruang dan waktu. Jika kegiatan pembelajaran di sekolah dibatasi oleh jam pelajaran dan ruang kelas atau perpustakaan, maka dengan media massa elektronik seseorang bisa mengetahui kejadian di seluruh dunia, baik kejadian yang saat ini terjadi maupun kejadian masa lalu, tanpa dibatasi oleh jam-jam tertentu untuk mengaksesnya.
Foto GGS (source: sidomi.com )
Salah satu media massa elektronik yang digemari oleh masyarakat Indonesia adalah televisi. Kini, televisi bukan lagi termasuk barang mewah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Kotak ajaib itu sudah masuk ke rumah-rumah warga dengan membawa berbagai informasi dan hiburan yang siap memanjakan pemirsanya. Televisi memang memiliki kelebihan dibandingkan dengan radio dan media cetak, yaitu sifat informasi yang ditampilkan oleh televisi berupa audio-visual. Dengan sifat tersebut, serta didukung dengan teknik editing gambar yang baik, maka segala yang ditampilkan oleh televisi seolah-olah tampak nyata di hadapan pemirsa, walaupun tidak semua yang ditampilkan oleh tilivisi itu berupa kenyataan. Hal inilah yang mampu membuat orang betah berjam-jam duduk di depan televisi.
Seiring perkembangan zaman, televisi mempunyai berbagai jenis program siaran, seperti program berita, talk show, reality show, olahraga, drama sinetron, dan sebagainya. Salah satu program siaran televisi yang diminati oleh para pemirsa, khususnya oleh pemirsa remaja putri dan ibu-ibu, adalah program sinetron. Lebih spesifik lagi, jenis sinetron yang cukup banyak difavoritkan oleh para pemirsa adalah sinetron remaja dengan nuansa mistik di dalamnya. Sinetron remaja bernuansa mistik ini merupakan sinetron yang mengangkat tema kisah-kisah para remaja perkotaan masa kini, dengan tokoh-tokoh utama diperankan oleh para artis remaja, dan memasukkan unsur-unsur kekuatan supranatural, seperti manusia berubah menjadi srigala atau harimau, atau manusia biasa yang mempunyai kekuatan supranatural yang lain. Sinetron jenis ini dapat diistilahkan dengan Sinetron Mistik-Remaja. Pada tahun 2014 hingga 2015 ini, jenis sinetron mistik-remaja menjadi salah satu sinetron favorit dari para pemirsa, khususnssya para remaja putri.
Masalah menonton dan menyukai suatu program siaran televisi memang hak setiap orang, namun mendidik masyarakat adalah kewajiban setiap orang atau kelompok yang memiliki kemampuan untuk mendidik. Menurut Darwanto dalam buku berjudul Televisi Sebagai Media Pendidikan, fungsi pendidikan merupakan salah satu dari empat fungsi televisi, yaitu sebagai media berita dan penerangan, sebagai media pendidikan, sebagai media hiburan, dan sebagai media promosi. Selain itu, diluncurkannya TV Edukasi oleh Kemedikbud juga menjadi bukti bahwa televisi mempunyai peranan yang besar untuk ikut memberikan pendidikan kepada masyarakat. Namun, sebagian dari para pengusaha di bidang penyiaran televisi dan para pelaku industri hiburan di negeri ini kurang peduli terhadap muatan pendidikan yang diterima oleh pemirsa dari program siaran yang mereka produksi. Mereka yang berada di belakang layar maupun yang ada di depan kamera hanya memprioritaskan keuntungan materi yang diperoleh, tanpa banyak peduli dengan kewajiban mereka untuk ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendapat di atas bukan tanpa fakta empiris, namun justru banyak fakta di lapangan yang mendukung argumen tersebut dan sudah menjadi rahasia umum. Hampir semua sinetron mistik-remaja yang ada saat ini menceritakan kisah-kisah “cinta monyet” para remaja, adegan-adegan bermesraan yang melanggar syaraiat agama dan norma kesusilaan, adegan kekerasan verbal maupun non verbal kepada sesama teman, bahkan kekerasan kepada orang yang lebih tua, menebarkan rasa dendam dan permusuhan antar kelompok, dan adegan-adegan lain yang minim unsur pendidikan. Lebih parahnya, sinetron-sinetron tersebut tayang setiap hari dengan rata-rata durasi tayang 1,5 hingga 2 jam, dan ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta terbesar di Indonesia.
Mungkin sebagian produser dan pihak-pihak yang mendukung penayangan sinetron mistik-remaja berdalih bahwa tayangan itu hanya sebagai hiburan. Selain itu, mungkin mereka juga beralasan bahwa selama ini tidak ada dampak negatif yang nyata atas penayangan sinetron tersebut. Ditambah dengan argumen yang menyatakan bahwa masalah baik atau buruk suatu program siaran adalah tergantung pada yang menonton dan menyikapinya. Beberapa argumentasi teersebut mereka anggap sebagai pembenaran atas produk siaran yang minim muatan pendidikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh insan pertelevisian Indonesia dalam menyususn dan menyiarkan suatu program siaran adalah: pertama, setiap media massa mengemban fungsi sebagai media pendidikan, sehingga setiap program siaran yang dibuat dan ditayangkan harus memprioritaskan muatan pendidikan di dalamnya. Kedua, sebaik-baik hiburan adalah hiburan yang menginspirasi orang lain menjadi lebih baik. Maka dari itu, siaran hiburan pun harus mampu menginspirasi pemirsa untuk menjadi orang yang lebih baik. Ketiga, mencegah dampak negatif lebih didahulukan daripada menanggulanginya. Segala bentuk program siaran yang menayangkan hal-hal negatif harus segera dihentikan. Keempat, standar baik-buruknya sebuah program televisi bukan ditentukan oleh banyak-sedikitnya pemirsa yang menonton, namun ditentukan oleh standar yang telah ditetapkan oleh pemrintah melalui undang-undang dan peraturan lainnya yang disusun oleh KPI. Kelima, hendaknya semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam bisnis di bidang penyiaran televisi, jangan mencari keuntungan dengan melalaikan kewajiban yang utama, apalagi sampai merampas keuntungan para pemirsa untuk mendapatkan tambahan pengetahuan melalui televisi. 

Jendela Penulis 

Saya Achmad Zamroni, biasa dipanggil Zamroni. Selain sibuk sebagai mahasiswa semester akhir, saya juga menjadi salah satu Pengurus Takmir Masjid Nur Iman di Dukuh Gunturan dan menjadi Ketua Pengurus Taman Pendidikan Al Qur’an Nur Iman di Dukuh Gunturan. Selain kuliah, di kampus saya pernah menjabat sebagai Ketua Bidang Kaligrafi pada UKM LPTQ UMY tahun 2013-2014. Alhamdulillah, karena hobi saya menulis artikel dan naskah cerama, pada bulan Desember tahun 2014, Allah menjadikan saya sebagai juara 1 menulis naskah ceramah se-DIY yang diadakan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selain di nomor HP di atas, saya juga bisa dihubungi di e-mail: zamzam_cr7@yahoo.com atau FB: http://www.facebook.com/ahmad .zamronald
Back To Top