Bagi kamu yang suka Bermanja-manja, Jangan Kuliah Ke Luar Negeri

Pendidikan Indonesia- Kuliah Ke Luar Negeri- Kuliah keluar negeri merupakan impian bagi semua orang, termasuk admin sendiri. Tapi tahukah anda, kuliah ke luar negeri itu tidak semudah yang anda bayangkan. Apalagi jika anda tidak mempunyai biaya sedikit pun dan anda harus mencari beasiswa untuk mendanai kuliah anda di luar negeri nanti.

Bermanja-manja bukan hanya soal anak mami yang hobinya minta ini itu ke orang tua. Bermanja-mnja disini juga terkait dengan belajar. Ya kuliah di negeri orang itu merupakan tantangan tersendiri bagi kita lho. Karena selain dituntut untuk hidup mandiri, anda juga dituntut untuk disiplin dalam membagi waktu, tekun dalam belajar, serta pinter-pinterlah bergaul dengan orang yang memberi manfaat kepada kita.
Foto Mahasiswa luar negeri

Seperti yang kita ketahui, negara-negara maju di Dunia, seperti Jepang, Finlandia, Inggris, German sangat menghargai sekali yang namanya waktu. Selain itu jug, semngat belajar di negara-negara maju tersebut sangat tinggi dibandingkan di Indonesia. Oleh sebab itu, anda dituntut untuk belajar setekun dan secerdas mungkin agar tidak memalukan diri dan negara sendiri. Karena jika anda di luar negeri harga diri itu, selain diri sendiri jga negara kita sendiri. Perlu diketahui, jika anda kuliah ke luar negeri, seperti belanda. Anda akan disuguhi banyak tugas dan jadwal ulangan yang ketat sekali jadwalnya.

"Ujiannya kan bukan tiap enam bulan atau satu semester seperti di Indonesia. Di sini tiap tujuh minggu ujian. Itu yang harus diadaptasi oleh anak-anak Indonesia. Tidak bisa santai," uja Ario Sudiro, mahasiswa S-2 peraih beasiswa yang tengah menimba ilmu di Fakultas Ekonomi (ESE) Erasmus University Rotterdam, Belanda, Rabu (4/3/2015), di Erasmus University Rotterdam.
Satu-satunya penerima beasiswa StuNed (Studeren in Nerdeland) dari instansi swasta, yaitu Astra International di Jakarta, ini mengaku dengan jadwal seketat itu bukan cuma harus pandai mengatur waktu belajar, namun juga memilih teman. Menurut dia, cara paling tepat adalah memilih teman yang saling menguntungkan dalam belajar.
"Berteman dengan mahasiswa internasional lain belum tentu dapat yang pintar, yang ada main melulu, bukannya belajar. Harus pandai baca situasi, jangan terbawa jadi ikut bermain-main dan santai," ujar Ario.
Cerita Ario diperkuat oleh pendapat Rinaldy Pradana, mahasiswa S-2 di Institute For Housing and Urban Development Studies (IHS), Erasmus University Rotterdam. Rinaldy menuturkan, ia lebih banyak membaca jurnal ketimbang belajar dari teori-teori di kelas. Satu semester dia bisa membaca dua sampai lima jurnal ilmiah internasional.
"Bayangkan, untuk 500 kata yang akan saya perlukan itu itu referensinya bisa diambil dari tujuh jurnal. Itu wajib, tidak main-main. Memang, kita di sini lebih banyak belajar sendiri, sebab dosen lebih sering mengajak diskusi ketimbang memberi teori-teori," kata Rinaldy.
Koordinator Beasiswa Nuffic Neso Indonesia, Indy Hardono, usai pertemuan dengan mahasiswa Indonesia di Erasmus University, Rotterdam, mengakui bahwa "kultur akademik" di Belanda sangat menguntungkan pelajar Indonesia. Dosen-dosen di sini sangat egaliter sehingga mudah diajak berdiskusi.

"Anak-anak itu (mahasiswa) jadi lebih mandiri, tidak disuapi terus. Mereka tidak cuma mendengar satu arah, tapi mencari bahan dari literatur atau jurnal, kemudian didiskusikan. Secara tidak sadar, personal development anak-anak itu terbangun," ujarnya.

Anak-anak Indonesia, ketika belajar di Belanda, tidak bisa lagi bermanja-manja dengan waktu dan kenginan. Yang ada adalah belajar, belajar, dan belajar.

"Membahas proyek atau penelitian, mendiskusikan dan menganalisanya. Itu membentuk mereka jadi kritis, tidak ragu mengambil keputusan, dan terbiasa berargumen dengan orang dari luar bangsanya sendiri," ujar Indy.
Foto Kuliah Ke Luar Negeri

Untuk itulah, lanjut Indy, calon pelajar yang akan menimba ilmu di luar negeri, terutama di Belanda, sudah harus siap mental, bahwa sudah bukan lagi saatnya bersantai-santai lagi. Jika di Tanah Air sendiri "haram" untuk berleha-leha, apalagi jauh di negeri orang; cuma buang-buang uang dan waktu. Jadi, siapkan mental dari sekarang!
Bagaimana, apakah anda akan bermanja-manja terus atau mau berubah menjadi lebih baik? Ayo kita bangkit dari keterpurukan yang nikmat ini! Ayo kita bangkitkan mental Merah Putih yang sebenarnya! Mental yang berani, mental yang tekun, mental yang kuat, mental yang pantang menyerah, mental yang selalu produktif dan menghormati yang namanya waktu. Semangat menggapai cita, Kuliah ke luar negeri adalah kenyataan. :)
Source: Kompas.com
Back To Top