Waspadai Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja

Gaya Hedonis Remaja - Globalisasi dan modernisasi adalah hal yang tidak dapat dihindari oleh negara maju atau negara berkembang seperti Indonesia. Mengalami masa globalisasi dan modernisasi itu demi perkembangan informasi dan teknologi khususnya di dunia internasional. Globalisasi jelas membawa perubahan karena adanya proses menduniakan informasi, barang, produk, jasa, teknologi ataupun lainya yang memang memiliki manfaat. 
Remaja Hedonis

Teknologi informasi yang semakin maju, tanpa disadari akan merubah pola pikir dan gaya hidup manusia; bisa ke arah positif dan bisa ke arah negatif tergantung menyikapinya. Apabila kita tidak memiliki filter “iman”, pada akhirnya kebiasaan-kebiasaan yang tidak sesuai adat timur akan ditiru. Jangan sampai teknologi yang seharusnya mempermudah aktivitas, malah menjadi jebakan bagi remaja. Hal-hal negatif yang tidak bisa disaring akhirnya menyeret remaja kedalam gaya hidup hedonisme.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup. Semua diukur dari harta benda yang banyak dan semua yang tampak dari luar saja. Menurut mereka, orang yang senang itu yang hartanya banyak dan bahagia itu adalah orang yang senang. Gaya hidup seperti ini dipandang bebas, akibatnya banyak remaja menganggap hal-hal seperti ini membuat mereka dianggap ‘keren’. Manusiawi ketika manusia mencari kesenangan, tetapi bukan berarti secara bebas dan brutal untuk mendapatkan kesenangan hingga menghalalkan segala cara. Ciri-ciri remaja dengan gaya hidup hedonisme antara lain: remaja yang suka bersenang-senang, foya-foya, suka hiburan (game, gadget dll), suka perhiasan, mengikuti tren yang sedang hangat dan tidak mau kalah bersaing dengan teman lainnya. Mereka berlomba-lomba mengaktualisasikan diri untuk menjadi apa yang diinginkan serta mencari popularitas.
Remaja yang hedon akan mengalami kelunturan nilai-nilai kemanusiaannya, misalnya ketika sedang berinteraksi sosial kepekaannya hilang karena yang diperhitungkan untung dan ruginya, akan menjadi sangat tidak peduli terhadap orang yang membutuhkan uluran tangan dan tidak mau menolong karena tidak mau rugi.
Menurut penulis, peran orang tua tetap menjadi hal utama dalam pendampingan anak dengan menanamkan nilai-nilai seperti mengarahkan untuk mendekatkan diri pada Tuhan dengan meningkatkan keimanan & kegiatan keagamaan, hidup sederhana, tidak konsumtif, hati-hati dalam memilih teman, menjelaskan tentang pentingnya arti bekerja keras untuk bisa bertahan hidup supaya anak lebih menghargai uang dan kerja keras. Sesungguhnya tidak ada larangan bahwa seseorang untuk memiliki gaya hidup hedon, namun lebih baik dihindari karena ada efek eksklusifitas yang membuat kesenjangan sosial.

JENDELA PENULIS

Yustina Dwi Any Carlita Dewi, S.Pd.
Penulis adalah alumnus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta angkatan 2000 (FKIP-JPIPS-PAK), dan Pemilik CARLITA Online Shop.
Back To Top