Tebing Kehidupan

Penulis: Nur Fatimah
Sebuah desa terpencil tetapi penuh makna, begitulah orang menyebutnya kalau mendengar kata “ imogiri “ dan kata “ giriloyo”. Ah, begitulah Imogiri banyak menyimpan pusaka dan budaya luhur.
Aku hanya orang kecil yang tinggal bersama kedua orangtuaku disebuah gubuk yang sudah reot dan tak layak dihuni begitulah tetangga menyebutnya. Tak apalah banyak hinaan datang silih berganti, semoga aku diberi kekuatan untuk menjalani hidup ini.
Demi memperoleh sesuap nasi kedua orangtuaku harus bekerja keras diladang milik pemerintah dan terkadang buruh, jika ada orang yang menyuruh. Hidup dengan ekonomi yang pas-pasan, masih untunglah bisa makan. Semua harus disyukuri dan diterima dengan ikhlas. Segala sesuatu sudah ada yang mengatur, tinggal kita sebagai umatnya harus pandai bersyukur dan bertawakal kepada Allah. Tak mungkinlah Allah akan membiarkan umatnya menderita berlarut-larut.

Tebing Kehidupan
Beberapa tahun silam, bapak terkena musibah ditabrak lari ketika mau pulang dari tempat kerja. Sungguh kejadian yang tragis, dan kini kondisinya bapak pun tak bisa stabil. Sehingga dalam bekerja pun sudah tak bisa seperti dulu. Semua menggandalkan ibu, seolah ibu yang menjadi tumpuhan hidup keluarga. Aku sampai menanggis melihat ibuku yang sudah semakin tua harus bekerja sekeras itu untuk bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Ibuku adalah sosok orang yang tabah dan sabar.
Aku sayang dan cinta kepada kedua orangtuaku. Motivasi terbesarku adalah ibu dan bapakku. Apalagi ketika berkumpul bertiga sambil bersendau gurau, tiba-tiba ibuku berkata “nduk, dadio bocah sing pinter, duwe prestasi lan sesuk rampung SMA bisa disekolahke negoro. Iso kuliah, ibu mung bisa ndedonggo, najano wongtuwa ora duwe ragat, muga mbisuk kowe iso urep mulyo, sukses lan iso mayungi asmane wongtuwa”
“bapak uga mengkono nduk, bener apa sing dikandakke ibumu, muga kowe bisa dadi bocah kang migunani tumrap bangsa lan agama.” Sambung bapak
Aku hanya terdiam, berharap-harap cemas. Mataku berkaca-kaca, entah tak tau aku harus berkata apa. Begitu besar harapan kedua orangtuaku tertuju kepadaku. Bukan hanya suatu yang membanggakan jika aku benar-benar bisa menjadi anak yang diharapkan orangtuaku, tapi sebaliknya jika aku tak mampu menjadi anak seperti yang diharapkan orangtuaku mungkin orangtuaku akan kecewa. Terus kapan aku bisa membahagiakan kedua orangtuaku dan melihat senyum manis dibibir beliau, bukan lagi aliran air mata yang menghiasi wajah beliau.
Sekarang aku duduk dibangku SMA kelas 2, baru satu minggu yang lalu meninggalkan bangku SMA kelas 1. Aku bisa apa ???????
Malu rasanya, jika aku tak bisa membuatnya bahagia. Lantas aku harus bagaimana ????? aku termenug, tak tau arah dan tujuan yang harus kulalui.
Belajar dari orang-orang yang telah sukses dan berhasil lebih dulu, mereka ternyata mempunyai komitmen. Lantas aku juga harus mempunyai komitmen yang kuat dan tidak boleh takut gagal apalagi menyerah. Semua harus aku niatkan kepada Allah. Aku yakin semua pasti ada jalan yang terbaik dan sebuah mantra ajaib yang dipesankan kepadaku dari kak Arif pembina pramuka “ Man jadda wa jadda yang artinya barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”.

Benar, hari demi hari ku habiskan untuk menimba ilmu dan menggikuti berbagai kegiatan disekolah. Waktu hampir seluruhnya aku abdikan pada pendidikan menuntut ilmu. Aku juga merupakan salah satu siswi yang aktif berorganisasi dan aktif dalam berbagai kegiatan, wal khususon dikegiatan pramuka dan kir. Berbagai kegiatan pramuka dan kir hampir aku ikuti mulai dari tingkat sekolah, kabupaten, propinsi bahkan ditingkat nasional sekalipun. Alhamdulillah predikat prestasi dan juara banyak yang aku raih mulai dari tingkat kabuupaten, propinsi bahkan ditingkat nasional. Dan tentu saja itu didapat bukan hanya dengan berpangku tangan.
Hasil yang manis tentu saja bisa diraih dengan ketekunan, keuletan, kesabaran dan kerja keras. Walau begitu yang harus diingat, kita berhasil karna ridha Allah, Do’a dan dukungan orangtua, Do’a dan dukungan dari bapak ibu guru serta orang-orang tersayang disekitar kita.
Dengan goresan prestasi yang kulukisaskan membuatku banyak dikenal mulai dari kalangan bapak ibu guru dan karyawan sekolah serta temen-temen yang lain. Walau begitu bukan berarti membuatku sombong dan senang disanjung. Hal ini malah membuatku tidak enak karna belum seberapa yang aku peroleh. Semangat juang untuk mengembangkan dan memburu prestasi sebanyak-banyaknya  dibidang akademik maupun non akademik menjadi motivasi besarku untuk mewujudkan mimpi-mimpiku.
Aku semakin jeli, teliti dan tekun dalam kegiatan penulisan karya tulis ilmiah. Dibangku SMA kelas 2 ini aku telah menyelesaikan 1 karya tulis dibidang humaniora dan kemudian dikirimkan diajang bergengsi OPSI (Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia) di tingkat Nasional. Tak punya harapan banyak karna harus bersaing dengan siswa siswi SMA di seluruh penjuru Indonesia. Tentu tak mudah untuk anak pinggiran seperti aku. Setidaknya sudah berusaha dan berjuang semaksimal mungkin. Terlebih bulan depan aku harus meninggalkan bangku SMA kelas 2 dan berstatus menjadi siswi kelas 3 atau kelas yang paling senior. Semakin tinggi kelasnya tentu akan mengemban dan memikul tanggungjawab yang lebih besar. Beberapa bulan lagi aku harus menempuh ujian nasional, tentu aku harus fokus karna aku ingin masuk perguruan tinggi yang dibiayai pemerintah seperti halnya yang diharapkan oleh kedua orangtuaku. Sehingga 1 tahun ini semua kegiatan yang aku tekuni aku istirahatkan untuk bisa lebih fokus pada ujian nasional, karna aku sekarang tugasnya mempersiapkan UNAS.
Tak disangka-sangka malam itu sekitar pukul 23.00, aku yang telah tertidur usai mengerjakan laporan praktikum biologi. Kemudian hpku berdering sehingga aku terbangun dari tidurku.
“hallo, dengan siapa? Ada yang bisa saya bantu “ tanyaku masih dengan menahan rasa kantuk
“ bisa bicara dengan dex Nur Fatimah? Saya kak zaenal dari Sagasitas Dikpora.” Jawabnya
“ Oh, iya saya sendiri, bagaimana kak? “ tanyaku
“ selamat buat dex Nur Fatimah, telah lolos dari seleksi OPSI ditingkat nasional. Untuk itu besok dimohon kehadirannya untuk mempersiapkan display pameran di Jakarta bulan oktober mendatang “ terang kak Zaenal
“ iya kak, InsyaAllah” jawabku
“ saya tunggu ya dex, jam 08.00 di kantor dinas. Selamat malam” tambahnya lalu ditutup teleponnya
Hatiku senang, meski harus prepare seabrek untuk persiapan display di Jakarta. Berjuang lagi, harus semangat meski banyak waktu yang harus kuhabiskan akan tetapi materi sekolah harus aku kuasai.
Benar dugaanku kurang lebih 2 bulanan aku harus mondar-mandir ke dinas untuk bimbingan dan juga kunjungan kembali keobjek penelitian sembari menyiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk display di Jakarta.
Tak banyak waktu 2 bulan itu, jika dihabiskan pada kegiatan yang positif. Tak hanya dukungan dari bu sumarsih, kakak alumni pun banyak yang membantu terlebih mas fandi yang berperan serta turut membantu dalam penelitianku. Hingga akhirnya membuntutiku di Jakarta pula, tapi atas perintah dari bu Sumarsih.

Tiba waktunya display di Jakaarta, kami rombongan dari DIY diberangkatkan menuju Hotel ibis Jakarta Pusat untuk Chek In terlebih dahulu dan esok harinya kunjungan persiapan dilokasi pameran. Hari kedua display dibuka, disinilah hari perdebatan dengan dewan juri. Hari ke tiga presentasi bagi yang terpilih. Selanjutnya pengumuman di aula untuk penetapan penerima penghargaan.
Sedih rasanya ketika namaku tak disebutkan, itu artinya aku tidak mendapatkan penghargaan. Akan tetapi hiburan dari banyak orang termasuk bu sumarsih dan kakak-kakak sagasitas membuatku mengerti arti sebuah perlombaan.
“ kalah menang hal yang biasa, yang paling penting adalah perjuangan untuk meraihnya. Gagal itu wajar, menyerah itu tidak wajar, Tapi bangkit dan berusaha keras lagi, itulah yang luar biasa “ bisikku dalam hati
Walau begitu pulang dan sampai disekolah pun disambut dengan bahagia oleh bapak ibu guru serta temen-temen, meskipun belum diberi kesempatan untuk membawa pulang medali. Namun beasiswa berprestasi ditransfer ke rekeningku sejumlah 4,55jt.
Lumayan mendapatkan rezeki yang bisa untuk biaya sekolah. Sedikit-sedikit bisa membantu pengeluaran orangtua untuk biaya pendidikan. Senyum bahagia kedua orangtuaku juga terlihat melintas dibibirnya. Walau cita-cita besarku belum terwujud dan harapan dari kedua orangtuaku belum terpenuhi. Tapi keinginan dan perjuangan usahaku tak akan pernah berhenti begitu saja demi kuraih keksuksesan dan mewujudkan cita-citaku.
Hari telah berganti, bulan telah berlalu. Waktu kuhabiskan untuk belajar dan mempersiapkan Unas. Hingga akhirnya ujian praktek berlalu, kemudian ujian sekolah dan Unas kulalui. Merasa kesulitan disaat unas, tak hanya aku, temen-temenku semua juga merasakan hal yang sama. Harapanku menipis, mugkin hasil tidak seperti target. Tapi aku akan mensyukuri apapun hasilnya esok. Karna berapapun nilai yang kudapatkan itu adalah jerih payah pikiranku sendiri. Suatu saat nanti tentu akan menuai banyak hikmah karna ilmu yang kudapatkan penuh berkah.
Tak kurasa satu bulan berlalu, kini tibalah saatnya diumumkan kelulusan. Rasa penasaran dan rasa takut menghantui perasaan dan pikiranku. Tak ada harapan lain, selain aku harus lulus. Ada sedikit rasa tenang melintas dalam kalbu, setelah guruku mengatakan bahwa sekolah kita lulus 100%.
Satu yang harus aku usahakan mau kemana aku???? Setelah aku membuka surat edaran kelulusan, mengigit jari dan air mata mengalir menghiasi wajahku. Tak bisa apa-apa melihat nilai yang seperti itu. Lemas seketika sekujur tubuhku. Tiket segitu mau aku masukkan dimana untuk mendapatkan beasiswa. Akan tetapi hatiku agak tenang ketika salah seorang guruku berkata “ kalau aku yang menjadi dosen aku akan bahagia bertemu kamu, dan tentu akan aku terima kalau mendaftar diuniversitas ini, bodoh kalau menolakmu karna kau anak yang hebat dan berprestasi”.
Kata-kata itulah yang selalu mengiang-ngiang ditelingaku, hingga tak membuatku putus asa dan menyerah dalam mencoba. Aku terus berjuang, dimana disitu ada beasiswa aku masukkan berkas pendaftaran. Banyak yang diterima, namun kalau tidak mendapatkan biaya pendidikan penuh tidak akan aku ambil karna orangtua tidak sanggup membiayai. Sedangkan aku anak perempuan yang banyak ditekan keluarga untuk tidak bekerja pada pekerjaan malam. Padahal rencana ku aku akan melamar pada toko yang sift malam.
Aku tak bisa berkutik, walau keniatan dan kemantapanku untuk kuliah walau dengan biaya 50%, tapi tak ada ridha dari orangtua maka lebih baik tidak aku lakukan. Sesuai pesan dari kak Arif “ lakukanlah jika yang ingin kamu lakukan  itu mendapat ridha dari orangtuamu, jika tidak diridhai tinggalkanlah, karna bukan berujung kebahagian tapi akan berujung kehancuran tanpa ridha dari kedua orangtua”
Teringat pesan dari kak Arif itu, aku pun berusaha melupakan untuk tidak mengejar kuliah ditahun ini, tapi masih ada kesempatan tahun depan, aku akan mencoba lagi, do’a dan harapanku serta iringan ikhtiyar yang tiada henti semua kulakukan dengan mengharap ridha Allah. Tapi jika takdir harus dititahkan semoga aku bisa ikhlas dan aku harus bekerja diluar kota.
Menunggu pendaftaran dibuka kembali, satu tahunah aku harus menunggu, dan kemudian aku iseng melamar kerja ditetangga sekaligus masih saudara yaitu bekerja menjadi admin pulsa. Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan tentunya kesabaran. Akupun diterima, dengan kesepakatan diawal hanya menunggu komputer  dan menjaga warung. Namun kenyataannya, hari berganti bulan semua telah bertolak belakang, hampir seluruh pekerjaan dirumah aku yang menghendel. Sedih juga rasanya kenapa seperti ini jadinya, tak seperti yang dikatakan diawal.
Terkadang sering menanggis, masak lulusan SMA jadi pembantu, katakanlah seperti itu saja kalau kerjanya kayak gitu. Kapan aku bisa sukses dan bisa meraih cita-citaku, semoga Allah memberikan jalan yang terbaik untukku.
Walaupun seperti itu aku lakukan dengan sepenuhnya, berangkat pagi pulang hampir matahari tenggelam. Upahpun ya seperti itu, kata orang tak layak. Semua aku terima, biar gajinya sedikit yang penting halal dan akan aku gunakan untuk membeli sepeda ontel dan laptop, semoga semua bermanfaat.

Gajipun aku kumpulkan, bulan oktober lalu kubelikan sepeda ontel dan selang beberapa bulan lagi kubelikan laptop. Sengaja hari itu hari sabtu, aku pulang agak awal karna aku akan ke Jogja Tronik untuk membeli laptop. Berangkat dari rumah pukul 17.00, perjalanan yang agak jauh pula karna harus patuh, lalu lintas yang kebetulan banyak merahnya jadi banyak waktu yang terbuang dilampu lalu lintas. Kemudian setelah sampai akupun langsung memilih yang kira-kira tidak terlalu jelek dan kira-kira uangku cukup. Satu jam kemudian aku sudah menemukan laptop yang aku pilih dan kemudian di instal disitu, karna karyawan baru yang menangani sehingga masih mengalami kesulitan untuk menginstal jadi memakan banyak waktu.
Hatiku semakin cemas karna jarum jam telah menunjukan pukul 20.00, sedangkan aku masih di Jogja Tronik. Sudah terlalu malam karna perjalanan pulang saja kurang lebih 1 jam. Jam segini menginstal belum selesai. Perasaanku tidak karuan.
“ mas gimana, ini uda malem tapi kok gak selesai-selesai instalnya? Ditinggal saja po gek diambil besog pagi ?” tanyaku pada mas Fandi
“ jangan, ditunggu saja , sabar dan tenang saja .” jawabnya polos
“ tapi ?????” bibirku masih ingin berbicara
“ sudah to, tenang saja” hiburnya
Perasaanku semakin tidak karuan, kemungkinan mas Fandi juga merasakan hal yang sama. Tapi mungkin dia tidak ingin melihatku sedih. Pukul 20.15 aku dan mas Fandi keluar dari Jogja Tronik setelah semua sudah beres. Pulang pun dengan laju kecepatan penuh. Hanya berhenti mencari makan sejenak hanya 15 menitlah.
Kemudian masih melaju dengan kencang. Aku sampai rumah sekitar pukul 21.05. sesampai dirumah aku disibukkan dengan pekerjaanku. Perasaanku cemas, ketika nomornya mas Fandi tak bisa dihubungi. Seharusnya kalau sudah sampai rumah tentu akan memberikan kabar. Tiba-tiba kang abib dan temen-temen datang kerumah mencari mas Fandi bersama ayah dan simbahnya Mas Fandi. Hatiku terpukul sebenarnya ada apa ini ?
Perasaanku semakin panik, kemungkinan mas Fandi kena tilang pemuda solopok, tak lama bapakku pergi mencari ketua pemuda solopok, tak juga ditemui. Kemudian bapakku pergi kemungkinan sudah ke sekitar masjid karna sudah lama tak kunjung kembali. Aku dan rombongan yang lain langsung menyusul. Diiringi rasa kecewa, rasa malu, rasa takut, rasa cemas dan  berbagai rasa numplek disini, atau jangan-jangan sudah di hujani banyak kata yang kemungkinan membuatnya pucat pasi seperti itu. Sesampainya di serambi masjid aku hanya terdiam membisu dan berbagai pikiran menghujani pikirku.
Bapakku yang belum bisa menerima tetap menghujani banyak kata yang dialunkan. Tapi sepatah dua patah kata mas fandi berucap “ sudahlah pak, kita yang sabar”
Selang beberapa menit kemudian ada yang berkata “ nek ngunu kuwi yo salah”
“ sing salah sing endi le, munio pisan meneh !!!!!” tantang bapakku
“ baleno le, nek kowe ki wes bener !!!!!“ tambah ibuku
“ sudahlah, iki kabeh wes rampung “ ada beberapa orang yang serempak berkata
“ rampung piye, aku rung krungu sak kabehane, sesok baleno meneh, negara iki negara hukum, perkara harus diselesaikan secara mufakat, ora koyo ngene main hakim sendiri, jarene ngerti agama, menjunjung tinggi dasar negara ? mana buktinya “ mulutku mulai terbuka
Entah lansung pada pulang seperti itu saja, setelah aku bersalam-salaman memohon maaf  kepada mas fandi, simbah dan ayah. Aku masih terdiam berdiri disitu dengan rasa yang tak menentu. Gerimis hingga hujan yang menguntapkan kepulangan temen-temenku yang dari rt sebelah.
Secara tiba-tiba aku banyak berkata dijalan “ menungsa nek ra duwe pengalaman yo koyo ngono kuwi, isane mung wani kadi mburi, sesuk Gusti Allah kang bakal pareng piwales “. Sampai dirumah aku tak bisa diam, ku penggang Hp. Jari jemariku menari-nari di keyboard Hp. Banyak kata ku kirimkan ke nomor ketua pemuda solopok, sampai beberapa hari tidak berani pulang. Hinggaa akhirnya pamanku sendiri datang kerumah. Biasa kami tanggapi dengan ramah, tapi ketika diutarakan keperluannya kembali kudebat hingga tak bisa berkutik. Hanya dengan kepala menunduk.
“ pangapunten lek, aku hanya anak kecil yang dianggap remeh dan tak tau apa-apa. Tapi aku hanya bicara jalan yang benar, yen prosedur koyo ngunu kuwi salah, kalau gak ngerti-ngerti rasah kakean polah. Seharusnya ada peringatan pertama, kedua dan baru tindakan. Sedangkan ini, pada bisa mikir enggak ????, mengaku tidak kalau itu hanya menunjukkan kekonyolan dan kebodohan saja, bodoh kok di pakai sendiri. Kalau sekarang aku bicara ke hukum negara, jalan ini milik negara, bebas orang mau lewat jam berapa saja, karna itu jalan. Sekarang kalau bicara adat, adat itu ada dengan mengikat norma-norma yen koyo ngene rasa hormat dan sopan kalian dimana terhadap tamu, yen adat beneran akan berlaku untuk semua anggota, tidak hanya berlaku pada orang berstatus ekonomi menengah bawah. Kudune sampean iso mikir sing apik kanggo kemajuanne desa, beritahu dan didiklah anakmu dahulu sebelum mendidik anaknya orang lain, satu lagi lek bercerminlah sebelum menilai kesalahan orang lain, karna kau akan mengerti banyak kesalahanmu dibelakang, tenggoklah” tuturku panjang lebar
Tak berkutik sedikitpun, malah semakin menunduk.
“ bukan aku tidak mau di inggatkan, aku malah bahagia kalian ingatkan, tapi jangan kaget kalau esok aku harus melepasnya. Aku tidak akan aktif dan turun tangan banyak untuk orang-orang yang konyol seperti kalian. Tanpa kalian meminta maaf dan berjanji untuk tidak menggulangi. Aku akan lihat besok setelah pertemuan ditempatku, bukan aku keras tapi aku hanya ingin ajaran agama dan dasar negara diamalkan.” Tuturku kembali
“ tapi jangan langsung melepaskan kasian mereka yang juga mengharapkan kehadiranmu, apalagi kamu calon orang yang sukses” jawabnya
“ memang aku suka mengabdi untuk negara, agama dan masyarakat yang benar-benar mau maju, tidak kepada masyarakat yang suka main hakim sendiri dan banyak kekonyolan yang tidak mau diatur, pikirkan sendiri. Aku tak mau mengulang. “ ucapku
Pakleku hanya mengelengkan kepala.
“ satu lagi yang belum aku sampaikan, ibarat sebuah harimau yang sedang tertidur pulas, tiba-tiba kau cubit. Apa yang akan terjadi, otomatis kau akan di terkam, mengapa karna kau orang yang mengusik ketenangannya, begitu juga manusia seperti aku. Kalau posisiku benar tentu kebenaran akan aku bela, sekalipun aku harus kau bunuh hidup-hidup. Jika aku yang salah tentu aku akan meminta maaf, bagaimana apakah aku yang terus menerus akan kau salahkan ?” tambahku
“ aku hanya ingin semua berlaku sama, berlaku adil, kalau akan dibuat peraturan itu harus tertulis dengan persetujuan banyak pihak, dan semuaharus patuh, jika tidak maka akan kena denda atau sesuai kesepakatan, siapa yang salah maka harus dihukum atau diperingatkan jangan hanya pilih memilah saja, kalau masih bisa diselesaikan kekeluargaan semoga aku bisa menerima tapi kalau harus hukum yang berlaku maka kalian akan akau serahkan pada yang berwajib, silahkan dipilih ? mau berubah atau saya masukkan ke jalur hukum, pikirkan sendiri yang jelas besok malam semua harus terkumpul ditempat ini “ kataku
Setelah banyak saran yang dihanturkan kepadaku dari kepala desa dan juga kapolsek imogiri maka aku bisa mengungkap dan berkata kebenaran. Hingga akhirnya aku bisa menerima dan memberi kesempatan buat mereka untuk kali pertamanya, namun jika besog diulang kembali bukan salahku dan memang harus aku serahkan pada yang berwajib. Malah semua akan aku bongkar. Tapi ketika aku menikah pun aku tak akan mengundangnya, tak akan aku jilat kembali air ludah yang yang telah aku muntahkan dan akan aku kembalikan jika ada bingkisan dari mereka.
Begitu panjang dan begitu banyak ujian yang mengiringi langkahku, tapi aku akan berusaha tabah, sabar dan ikhlas menjalaninya. Karna aku menyadari bahwa akan ada banyak hikmah dibalik semua ini. Allah hanya menguji ketabahanku dan akan mengangkat derajat orang-orang yang tabah dan sabar dengan cobaan serta ujian yang diberikan kepada umatnya.
Hari berlalu, bulan telah berganti, aku mendapatkan informasi pendaftaran diperguruan tinggi, aku mencoba datang dan mencari informasi. Tiga hari kemudian aku datang mengantar berkas pendaftaraan namun masih ada kekurangan berkas dari BPP, setelah bertanya-tanya aku pun pulang. Besok hari senin rencana akan datang kembali untuk mengantarkan berkas yang sudah lengkap, semoga aku diterima. Harapku .........
Hari senin pun telah tiba, kukayuhkan sepeda ontelku ke Kebon Agung untuk mencari SK dari BPP. Setelah ku dapat 2 lembar kertas aku kemudian melanjutkan mengulir pedal sepedaku untuk sampai perguruan tinggi di jalan Kusumanegara. Ku niatkan karna Allah semata dengan berbekal air putih sebotol kecil akhirnya sampai juga meski dengan derasnya keringat yang bercucuran menghiasi wajahku.
Kedatanganku disambut dengan ramah, ku sodorkan berkas pendaftaran dan diterimanya berkas pendaftaran dariku. Wajahku yang polos berharap banyak untuk diterima. Setelah itu aku kembali pulang dengan sepedaku, karna kecapekan maka aku berhenti disebuah masjid untuk melaksanakan sholat dzuhur dan aku mampir kewarnet untuk mengirimkan berkas-berkas penelitian yang akan diikutkan anugrah iptek 2015. Kedua-duanya telah beres hanya sebuah do’a yang bisa aku alunkan dan kuserahkan pada Allah pemilik alam semesta ini, setelah usahaku yang maksimal. Semoga semua diterima dan mendapatkan ketetapan serta jalan yang terbaik. Aminnnn
Sesampai rumah akupun langsung istirahat, tak lama kemudian mas Fandi datang. Sempat ku ceritakan hari ini, aku malah dimarahi karna aku anak permpuan dan aku orang yang lemah. Terlebih kalau asam lambung dan radang tenggorokanku kambuh. Tapikan sudah terjadi, sehingga hanya peringatan saja untuk tidak diulangi lagi.
“kalau tidak terpaksa” batinku
Namun menurutku kalau usaha yang sungguh-sungguh dan penuh perjuangan tentu orang yang seperti itulah yang akan berhasil dan berhikmah serta dikenang. Seperti halnya dalam mantra “ man jadda wa jadda”.
Namun setiap orang punya prinsip sendiri-sendiri yang tak bisa disamakan. Tibalah diumumkan mahasiswa yang lolos seleksi administrasi. Tak suruh temenku yang membuka webnya, namun tak ada namaku dalam daftar katanya. Sedihlah rasanya walau harus menerima takdir.
Tapi malam itu pukul 03.00 pagi aku dihubungi oleh panitia PMB bahwa besok pagi ujian, kemudian aku meminta tolong temenku untuk membuka webnya, karna hatiku belum percaya dan belum ada persiapan. Tapi semua hanya bisa aku serahkan pada Allah semata.
Benar namaku masuk dalam daftar kata temenku, karna kemarin salah smembukanya. Aku berusaha tenang dan santai mengikuti ujian tulis. Semoga saja aku diterima, do’aku setiap detik. Walaupun ujian telah usai aku tetap berusaha tenang, dan alhamdulillah banyak soal yang bisa aku kerjakan serta semua aku serahkan pada yang diatas.
“ setidaknya aku telah berjuang semaksimal mungkin, sekarang hanya aku serahkan pada Allah, jika ini yang terbaik buat aku tentu aku diterima “ batinku sambil mengemasi perlengkapan ujian
Dijalan aku mendapatkan telepon dari kantor dinas, bahwa karyaku masuk nominasi dan harus mengikuti presentasi untuk penetapan pemenang. Alhamdulillah, syukurku padaMU Ya Allah, semoga besok aku mendapatkan juara.
Beberapa hari sidang presentasi berlangsung. Presentasi berjalan lancar, hanya saja aku tak berharap banyak karna pesertanya yang dari masyarakat umun kebanyakkan mahasiswa dan dosen-dosen. Tapi tak apalah setidaknya ku petik pengalaman disini, kalau tidak mengikuti seperti ini tidak akan kenal orang-orang hebat yang bisa untuk tukar kaweruh dan belajar dari perjalanan mereka.
Bulan pun berlalu, penetapan sang juara di upload di web. Alhamdulillah namaku tercantum, walau hanya mendapatkan harapan satu, disyukuri saja. Diikuti pula bulan ini pengumuman penetapan mahasiswa yang diterima. Alhamdulillah namaku juga tercantum, melihat namaku masuk dalam daftar aku pun bersujud dan bersyukur atas nikmat Allah yang dititipkan kepadaku. Harapanku tak pernah luntur, aku harus menjadi mahasiswa yang berprestasi dan membanggakan almamater serta esok lulus dengan predikat cumlaud.
Aku pun bercerita kepada kedua orangtuaku, ku sampaikan semuanya. Senyum manisnya melintas dibibir beliau. Aku tak lupa memohon maaf dan memohon do’a restu serta ridha dari kedua orangtuaku supaya esok dalam menempuh pendidikan dan mewujudkan cita-cita diberikan kemudahan, kelancaran dan kesuksesan.
Back To Top