Aku Harus Kuliah! - SMA-ku merekomendasikan Rosim mengikuti SNMPTN jalur Undangan. Namun apa daya aku belum berhasil. Belajar kesabaran lagi. Padahal uang pendaftaran ku dapat dari Ibu, seratus ribu rupiah hilang begitu saja. Aku gagal lagi! Aku sempat kecewa karena mungkin uang tersebut dapat digunakan untuk membeli beras. Pikiranku melayang menunjukkan kekecewaan dan penyesalan yang begitu mendalam. Namun aku tetap bersemangat untuk mengikuti SNMPTN Tertulis walaupun kurang persiapan seperti yang dilakukan teman-teman yang memiliki biaya untuk ikut kursus. Lagi-lagi, tidak ada biaya untuk mendaftarnya. Dengan rasa sungkan aku meminta Bapak Angkatku Pak Rusli melalui SMS. Beliau menjawab tidak memiki uang juga.
Foto Rosyim Nyerupa |
Selidik demi selidik, Pak Rusli – guru SMA Rosim- hanya menguji semangatku di akhir masa tenggat pendaftaran SNMPTN itu. Cucuran air mata membasahi keningku di kala aku memberanikan diri meminta bantuan kepada Bendahara Sekolah. Pak Rusli membiayai pendaftaran, Alhamdulilah. Lagi, mungkin belum rezekiku karena aku dinyatakan gagal. Ada rasa kecewa terhadap diri sendiri maupun kepada Bapak Rusli yang telah membantu. Rasa hati begitu ingin kuliah ku curahkan ketika menunaikan shalat Isya. Aku berdoa kepada Allah. Keesokan harinya aku mendapatkan informasi dari seorang kawan di Facebook bahwa Universitas Lampung membuka pendaftaran bagi mahasiswa baru yang “tidak mampu” alias miskin namun berprestasi melalui jalur PMPAP. Kebetulan piagam-piagam bukti prestasiku seperti Juara I Lomba LCT UU Lalu Lintas se-Lampung Tengah, Juara 3 Lomba LCT Pramuka se-Lampung dan penghargaan Siswa Berprestasi dari sekolah serta 15 piagam lainnya menjadi modal tersendiri. Dengan itu ada keyakinan dalam diri untuk mengurusi persyaratan baik dari sekolah maupun kelurahan kampungku.
Lanjut cerita pada saat pengumuman dinyatakan lulus di jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, rasa syukur bercampur bangga menyelimuti pikiranku. Aku pun langsung memberi kabar keluarga di rumah. Ibu kaget bukan kepalang karena tidak menyangka bahwwa anaknya bisa kuliah. Begitu juga dengan kakak-kakaknya. Sungguh Maha Besar Allah hingga akupun direkomendasikan untuk ikut program beasiswa Bidik Misi dan dinyatakan lulus. Mendapatkan beasiswa tidak kurang dari enam juta rupiah per semester.
Kini semuanya tinggal aku yang menjalani berbagai retorika yang ada meski terkadang ritorika itu menyakitkan namun tetap dijalani dengan senyuman meskipun dibalik senyuman hati ini menangis, Berbagai ujian melampiri namun ku senantiasa ku hadapi dengan senyuman.
Perjalanan pahit mulai dari hinaan, cacian bahkan remehan orang lain saya terima dengan legowo. Aku berjanji akan mengangkat derajat keluarga hingga orang yang meremehkan tersebut tidak menyangka melihat revolusiku kelak. Karena aku yakin pasti bisa berbuat dan bertindak. Aku telah membuktikan retorika-retorika selama ini. Mungkin ini gambaran dan tanda-tanda menuju titik puncak. Sekarang tinggal aku menjalaninya. Ini sudah menjadi garis perjalanan hidupku. Terima kasih ayah, ibu, dan keluarga serta orang yang telah hadir dalam cerita hidupku.
Lanjut cerita pada saat pengumuman dinyatakan lulus di jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung, rasa syukur bercampur bangga menyelimuti pikiranku. Aku pun langsung memberi kabar keluarga di rumah. Ibu kaget bukan kepalang karena tidak menyangka bahwwa anaknya bisa kuliah. Begitu juga dengan kakak-kakaknya. Sungguh Maha Besar Allah hingga akupun direkomendasikan untuk ikut program beasiswa Bidik Misi dan dinyatakan lulus. Mendapatkan beasiswa tidak kurang dari enam juta rupiah per semester.
Program Bidik Misi adalah salah satu program yang diadakan oleh pemerintah untuk membantu para mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi namun berpestasi seperti aku. Beasiswa terdiri dari biaya kuliah dan biaya hidup di kota Bandar Lampung. Sebelum masa perkuliahan dimulai, aku juga pernah bekerja sebagai penyiar radio Slendro 106,2 FM selama dua bulan. Karena tidak ingin menyusahkan lagi kerabatku, aku sempat bingung memikirkan tempat tinggal di ibukota provinsi Lampung itu. Sebenarnya mahasiswa penerima Bidik Misi mendapatkan asrama dengan syarat membayar uang muka lima ratus ribu rupiah. Karena biaya hidup beasiswa Bidik Misi belum cair, akhirnya aku bertemu dengan seorang pengusaha di Lampung Tengah yang menawarkan tempat tinggal di rumahnya. Aku pun mengiyakan. Beliau seperti kakak sendiri yang sangat mengerti situasi dan kondisi yang ku hadapi. Bahkan, beliau juga rela meminjamkan sepeda motor dan seperangkat komputer untukku. Kini aku sudah tinggal lagi dengan beliau karena aku ingi belajar lebih mandiri agar mampu memahami arti hidup yang sesungguhnya.
Perjalanan pahit mulai dari hinaan, cacian bahkan remehan orang lain saya terima dengan legowo. Aku berjanji akan mengangkat derajat keluarga hingga orang yang meremehkan tersebut tidak menyangka melihat revolusiku kelak. Karena aku yakin pasti bisa berbuat dan bertindak. Aku telah membuktikan retorika-retorika selama ini. Mungkin ini gambaran dan tanda-tanda menuju titik puncak. Sekarang tinggal aku menjalaninya. Ini sudah menjadi garis perjalanan hidupku. Terima kasih ayah, ibu, dan keluarga serta orang yang telah hadir dalam cerita hidupku.
JENDELA PENULIS
Nama: Rosim Nyerupa
Status: Mahasiswa
Departemen: Ilmu Pemerintahan
Perguruan Tinggi : Universitas Lampung