Mahasiswa UGM Kurang Mampu- Muji Lestari, ibu-ibu yang sudah berusia 55 tahun ini nampak terharu dan meneteskan air mata di saat Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Gadjah Mada menghampirinya seraya menyerahkan bingkisan berupa sepeda ontel untuk buah hatinya yaitu Tanoto Mulyo. Tanoto Mulyo tercatat sebagai mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada.
Foto Mahasiswa UGM (source: rri.co.id) |
Bukan karena sebuah sepeda yang membuat ibu Muji Lestari terharu, melainkan karena ia diminta menceritakan kembali perjuangannya menyekolahkan anak-anaknya sehingga bisa diterima di kampus bergengsi ini. Sejak kecil anaknya sudah bercita-cita ingin kuliah, saya hanya bisa mendorong hanya dengan berdoa,” kata Muji dalam Temu Orang Tua Mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada.
Ibu pengrajin serbet asal Cawas, Klaten ini mengaku senang sekaligus bangga dengan capaian anaknya yang bisa melanjutkan studi di prodi Elektronika dan Instrumentasi FMIPA UGM. Muji bercerita, anaknya mempunyai semangat yang tinggi untuk terus bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi meskipun penghasilan muji sebagai pengrajin serbet tidak seberapa. “Semangatnya tinggi, ingin melanjutkan sekolah. Ia sempat dapat ikut (program) pertukaran pelajar, saya meminta untuk kuliah saja,” kata Muji.
Tidak hanya Muji Lestari yang menerima bantuan berupa sepeda, dua orang lainnya yaitu, Wagiman (65), penarik becak asala Bayat, Klaten dan Agus Wantoro (47), tukang ojek asal Danurejan, Mertoyudan, Magelang. Kepada Rektor, Wagiman bercerita dirinya sehari-hari bekerja sebagai penarik becak di kota Yogyakarta. Setiap seminggu sekali wagiman pulang ke rumah menyerahkan penghasilannya menarik becaknya yang rata-rata hanya bisa membawa pulang uang Rp 20 ribu perhari.
Di hadapan 5.500 orang tua mahasiswa baru, Rektor UGM megatakan keempat orang tua yang diberikan bantuan sepeda ini adalah para orang tua dari mahasiswa baru UGM yang berasal keluarga ekonomi kurang mampu. Mereka sengaja diundang untuk menginspirasi orang tua mahasiswa yang lain untuk terus berkomitmen dan berusaha menyekolahkan anaknya hingga ke pendidikan yang lebih tinggi. “Perlu diketahui, sekitar 70 pesen mahasiswa UGM itu berasal dari keluarga kurang mampu,” tegas Rektor.
Meski berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah, paparnya, tidak menjadi alasan bagi mahasiswa tidak menyelesaikan kuliahnya karena alasan biaya. Bahkan pihak universitas, kata Rektor, berusaha mencarikan sumber beasiswa untuk membiayai kuliah putra-putri terbaik dari seluruh pelosok Indonesia.
Source: ugm.ac.id